Oleh: Tgk. Saiful Hadi
Disampaikan di Masjid Jamik Lambaro Aceh Besar
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya yang mulia. Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita mengambil pelajaran yang berharga dari sebuah kisah yang terdapat dalam Al-Quran yang mulia. Kisah ini mengisahkan mengenai keteladanan seorang Nabi, yaitu Nabi Ismail alaihissalam, dalam menepati janji sebagaimana yang tersebut dalam Surat Ash-Shaaffaat, ayat 102,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”(QS. Ash-Shaaffaat: 102)
Dalam ayat tersebut, Allah SWT menceritakan bagaimana Nabi Ibrahim alaihissalam menerima wahyu dalam mimpi bahwa dia harus menyembelih putranya, Nabi Ismail alaihissalam. Setelah menceritakan mimpinya kepada Ismail, Nabi Ibrahim bertanya tentang pendapatnya. Namun, dengan penuh keteguhan dan kepatuhan, Nabi Ismail menjawab dengan penuh keyakinan dan kesabaran, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Ketika kita merenungkan ayat ini, terdapat beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil. Pertama, beliau mengaitkan rencananya dengan kehendak Allah yang ditransformasikan dalam bentuk ucapan “InsyaAllah”. Kalimat insyaAllah bukan sekedar pemanis kata ketika berbahasa, melainkan sebuah sunnah dan etika bagi kita untuk selalu mengaitkan apapun yang akan dikerjakan dengan kehendak Allah melalui ucapan InsyaAllah.
Kedua, Nabi Ismail menunjukkan keteladanan dalam ketaatan kepada Allah SWT. Meskipun menyadari bahwa tindakan yang akan dilakukan oleh ayahnya sangat berat, Nabi Ismail tetap bersedia untuk menepati janji dan memenuhi perintah Allah. Bahkan Allah ta’ala sendiri memuji Nabi Ismail sebagai sosok yang menepati janji sebagaimana yang tersebut dalam surat Maryam ayat 54,
وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِسْمٰعِيْلَ ۖاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا
Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. (QS.Maryam: 54)
Ketiga, Nabi Ismail menunjukkan sikap sabar yang luar biasa. Sabar adalah salah satu sifat yang sangat dihargai dalam agama Islam. Nabi Ismail tidak hanya bersedia untuk tunduk kepada perintah Allah, tetapi juga bersedia untuk menerima akibat dari perintah tersebut dengan sabar. Dia menyadari bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Allah, dan dia yakin bahwa Allah akan memberikan kebaikan di balik setiap ujian yang diberikan.
Keempat, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepercayaan kepada Allah. Nabi Ismail meyakinkan Nabi Ibrahim bahwa jika dia melaksanakan perintah Allah, pasti Allah akan memberikan jalan keluar dan memenuhi janji-Nya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, terkadang kita dihadapkan pada pilihan yang sulit dan ujian yang berat. Namun, jika kita memiliki kepercayaan yang teguh kepada Allah, kita akan menemukan kekuatan dan keberanian untuk menjalani setiap ujian dengan penuh keyakinan.
Kisah Nabi Ismail mengingatkan kita akan pentingnya menepati janji dan berpegang teguh pada keimanan kita. Ketika kita berjanji kepada seseorang atau kepada Allah, adalah kewajiban
kita untuk memenuhi janji tersebut dengan sungguh-sungguh. Keteladanan Nabi Ismail mengajarkan kita untuk tidak ragu dalam ketaatan kepada Allah, melainkan meyakini bahwa setiap ujian yang kita hadapi akan membawa kebaikan dan pahala di sisi-Nya.
Marilah kita berusaha meneladani sikap Nabi Ismail dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Menepati janji dan berpegang teguh pada keimanan akan membawa berkah dan kebaikan dalam hidup kita. Kita juga harus selalu berusaha menjadi orang yang sabar, tunduk kepada perintah Allah, dan membangun kepercayaan yang kuat kepada-Nya.
Terakhir, marilah kita berdoa kepada Allah agar Dia memberikan kita kekuatan untuk meneladani keteladanan Nabi Ismail dan menjadi hamba yang taat, sabar, dan menjunjung tinggi janji-janji yang kita buat. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan menjadikan kita sebagai umat yang mendapatkan keteladanan dari para Nabi dan Rasul-Nya.
- [accordion]
- Support Catatan Fiqih
- Catatan Fiqih berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS