Oleh: Saiful Hadi
Bagi santri atau mahasiswa yang mendalami bahasa arab pasti tidak akan asing lagi dengan dua istilah ini, yakni mubtada dan khabar. Menurut kitab Mutammimah pengertian mubtada adalah "Isim yang berbaris dhammah serta tidak dimasuki oleh amil yang menyebabkan perubahan baris menjadi fatah atau kasrah", sedangkan kabar merupakan "isim yang disandarkan pada mubtada".
Contoh sederhana dari mubtada dan khabar seperti lafaz takbiratul ihram dalam shalat yaitu lafaz Allahu Akbar الله اكبر , kata-kata "Allah" berperan sebagai mubtada sedangkan kata-kata "Akbar" sebagai khabarnya, i'rab kalimat tersebut Allah sebagai mubtada, hukum bacaan mubtada marfu', tanda rafa' adalah dhammah, Akbar sebagai khabar, hukum bacaan khabar marfu', tanda rafa' adalah dhammah.
Masih dalam kitab yang sama, disana juga disebutkan bahwa boleh saja mubtada mempunyai beberapa khabar, sedangkan khabar tidak dibenarkan mempunyai banyak mubtada. Analogi sederhananya seperti seorang lelaki boleh saja mepunyai beberapa istri, sementara istri tidak boleh mempunyai beberapa suami sekaligus.
Istri sama halnya dengan khabar, karena ia disandarkan pada suami sebagaimana disandarkannya khabar pada mubtada. Namun, dalam tulisan ini bukan bertujuan mengajak lelaki untuk memperbanyak istri, akan tetapi hanya sekedar hendak memperjelas peran mubtada yang bisa menggandeng banyak khabar.
Selain itu, Mubtada dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mubtada Muzmar (مضمر) dan mubtada dhahir (ظاهر) . Mubtada muzmar terdiri isim dhamir seperti هو هما هم انا Ù†ØÙ† dan lainnya.
COMMENTS