Dewasa ini sering terdengar slogan yang meneriakkan “Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul”. Slogan ini adalah slogan yang baik dan terdengar manis, karena di abad ini kebanyakan umat islam telah menyeleweng dari Kitabullah dan Sunnah Rasul dan akan dikembalikan lagi ke Rel yang semestinya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul.
Seluruh pekerjaan bid’ah dan khurafat akan dibasmi dari tubuh umat islam dan akan dikembalikan kepada kemurniannya dengan mengikuti quran dan hadist. Akan tetapi, jika slogan ini bertujuan untuk mengatakan bahwa umat islam Indonesia yang kebanyakannya menganut Madzhab Syafi’i telah menyeleweng dari Al Quran dan Hadist dan karena itu hendak dikembalikan ke jalan yang lurus, maka slogan ini benar-benar menjadi slogan “kalimatul haqqin urida bihil batir” (Perkataan yang benar namun dengan tujuan yang salah).
Gerakan Modernisasi Agama
Melihat pada fakta-fakta sejarah yang ada, gerakan modernisasi agama ini dipelopori oleh Ibnu Taimiyah (wafat 1328 M), lahir di desa Heran, Palestina tanggal 10 Rabiul Awal 661 H dengan nama asli Ahmad Taqiyuddin yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Taimiyah.
Setelah usianya 7 tahun, yaitu tahun 667 H, seluruh keluarganya mengungsi ke Damsyik karena desa mereka kemungkinan akan diserang oleh tentara Tartar yang pada saat itu telah menduduki Bagdad. Pada ketika itu, mayoritas penduduk damsyik adalah campuran dari pengikut mazhab Hambali, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Maliki. Singkat cerita, Ibnu Taimiyah sejak kecil banyak mempelajari mazhab Hambali dan kemudian beliau pun menjadi Ulama Besar dikalangan Mazhab Hambali, baik dalam masalah fiqih, ushuluddin dan tauhid.
Namun sayangnya beliau banyak terpengaruhi dengan paham “musyabbihah dan mujassimah”, yaitu kelompok yang mengatakan bahwa Allah menyerupai manusia, pakai tangan, muka dan lainnya. Dalam fiqih pun, biarpun beliau pengikut Hambali akan tetapi banyak fatwa-fatwa beliau yang berlainan dari Mazhab Hambali. Sehingga bisa dikatakan, Ibnu Taimiyah adalah Ulama pengikut Mazhab Hambali yang kadang-kadang menyeleweng dari mazhabnya.
Modernisasi Model Ibnu Taimiyah
Faham modern Ibnu Taimiyah tentang tauhid, beliua mengatakan bahwa Tuhan itu duduk bersela di atas arsy seperti duduk berselanya beliau, Tuhan turun dari langait serupa turunnya Ibnu Taimiyah dari mimbarnya. Pemahaman demikan jelas sangat menyesatkan karena telah menyrupakan Allah dengan makhluk, padahal dalam Al-Quran Allah telah mengatakan “Tiada menyerupaiNya suatu juga". (QS. As Syura ; 11)
Ibnu Taimiyah juga melarang berziarah kubur biarpun ke kuburan Rasulullah sekalipun, dan juga melarang doa dengan tawasul, padahal berdoa dengan tawasul itu diamalkan oleh Nabi dan sahabat-sahabat beliau.
Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa thalaq tiga sekaligus jatuh satu, fatwa seperti ini berasal dari faham syiah Imamiyah, bukan faham Ahlul sunah waljama’ah. Sementara imam yang empat berpendapat bahwa thalaq tiga sekaligus jatuh tiga sehingga tidak boleh ruju’.
Modernisasi Agama di Indonesia.
Disadur dari buku 40 Masalah Agama, KH. Sirajuddin Abbas
COMMENTS