Gambar-gambar terkini yang diambil dari lautan telah membuktikan bahwa laut-laut yang ada di bumi tidak diciptakan sebagai suatu unit yang menyatu. Tetapi laut-laut itu berbeda satu sama lain dalam hal suhu, kadar garam, kepadatan massa air, dan kadar oksigen.
Dalam suatu gambar yang diambil oleh satelit, tampak bahwa
setiap laut memiliki warna air yang berbeda dari laut yang lain. Ada yang berwarna biru pekat, ada yang hitam, dan ada yang berwarna kuning. Perbedaan warna air laut itu disebabkan oleh perbedaan suhu di antara laut-laut tersebut. Selain perbedaan warna tersebut, juga terlihat ada garis lurus berwarna putih yang memisahkan satu laut dengan laut lainnya. Garis itulah yang diistilahkan dengan barzaklz (batas) oleh AI-Quran. Allah berfirman, "Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu; di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing" (Qs. Ar-Rahman: 19-20)
Pembatas-Pembatas Air
Allah berfirman, "Dan Dialah yang membiarkan du laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar, sementara yang lain sangat asin lagi Pahit; dan Dia jadikan di antara keduanya Pemisah dan batas yang tidak tembus.". (Qs. Al-Furqan: 53).
"Dan Dia yang menjadikan suatu Pemisah di antara dua laut." (Qs. An-Naml: 61)
Menurut para mufasir, ketika dua laut bertemu (baik antara dua laut asin maupun antara laut asin dan sungai tawar), Allah menjadikan keduanya tetap mengalir keluar masuk, sebagai akibat dari berembusnya angin dan gelombang dan fenomena pasang surut. Allah pun menjadikan di antara keduanya suatu pembatas yang memisahkan keduanya sehingga air laut yang satu tidak melampaui air laut yang lain.
Penelitian-penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa setiap laut memiliki kadar garam yang sama setiap saat, tidak berkurang dan tidak bertambah tinggi, meskipun ia bertemu dengan laut yang lain. Selain itu, setiap laut juga memiliki tingkat kepadatan massa air tertentu yang tetap, tidak berkurang dan tidak bertambah, juga tingkat suhu yang tetap, dan warna yang tidak pernah berubah.
Para ahli kelautan telah menemukan bahwa partikel-partikel air yang ada di Laut Merah apabila bergerak mencapai garis khayal di Bab el-Mandab [1], ia akan kembali lagi ke Laut Merah. Begitu juga dengan partikel-partikel air Samudra Hindia, ia akan turun ke bawah dan kembali lagi ke arah Samudra Hindia bila sudah mencapai garis batas di antara dua laut itu (barzakh). Jadi, Samudra Hindia tidak akan melampaui Laut Merah, dan air Laut Merah tidak akan bercampur dengar air Samudra Hindia. Sebab, "Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing masing."(Ar-Rahman : 19-20), dan masing-masing memiliki kepadatan massa air, suhu, dan kadar garam yang tidak bertambah dan tidak berkurang. Hal yang sama terjadi antara Laut Mediterania dan Laut Hitam, serta antara Laut Mediterania dan Samudra Atlantik.
Penemuan-penemuan ilmiah modern telah membuktikan adanya fenomena "tegangan permukaan": Ringkasnya, air tawar dan air asin, karena perbedaan kepadatan massa di antara keduanya, tidak akan pemah bercampur satu sama lain. Yang terjadi sesungguhnya adalah partikel tiap-tiap air menarik diri dari yang lain sehingga menimbulkan semacam ketegangan di permukaan keduanya. Jika air sungai bertemu dengan air laut, air sungai tidak akan masuk ke laut dan juga sebaliknya. Fenomena di atas memang telah diketahui para ahli, tetapi mereka baru mengetahuinya beberapa waktu yang lalu, sementara Al-Quran telah menyebutnya sejak 1.400 tahun yang lalu.
Sebagaimana diketahui bersama, laut yang asin bertemu dengan laut lain yang juga asin di suatu tempat yang dinamakan selat (misalnya Selat Gibraltar, tempat pertemuan Laut Mediterania dengan Samudra Atlantik). Sedangkan sungai yang terasa tawar itu bertemu dengan laut ditempat yang dinamakan dengan muara.
_________
[1] Sebutan lain Bab el-Mandab, berarti "Gerbang Air Mata" adalah selat yang memisahkan benua Asia (Yaman di Semenanjung Arab) dengan Afrika (Djibouti), sebelah utara Somalia), dan menghubungkan Laut Merah dengan Samudra Hindia (Teluk Aden). Selat ini terkadang disebut juga Mandab Strait.
Rujukan: Dr. Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Quran, hal. 530 - 533.
COMMENTS