Oleh: Saiful Hadi
Kitab Lapan adalah buah karya yang dihimpun oleh Syeikh Ismail bin Abdul Muthalib al-Asyi. Nama asli kitab tersebut sebenarnya bukanlah kitab lapan, oleh pengerangnya kitab itu diberi nama Jam‘u Jawâmi’ al Mushannifât. Namun di Aceh dan Negeri-negeri Melayu lainnya, kitab tersebut lebih dikenal dengan sebutan kitab Lapan. Sehingga Kalau ada santri Melayu, atau Aceh, tidak mengenal kitab ini, patut dipertanyakan apakah ia santri melayu apa bukan, demikian seloroh di kalangan para santri.
Penyebutan namanya menjadi Kitab Lapan juga tidak terlepas dari fakta yang ada bahwa di dalam kitab tersebut terhimpun sebanyak delapan karangan, kalau sekarang bisa disebut seperti sebuah Antologi yang berisi kumpulan karya beberapa pengarang.
Diantara judul-judul yang dihimpung dalam kitab Lapan salah satunya adalah kitab Hidayatul ‘Awam karya Syeikh Jalaluddin bin Kamaluddin Asyi, kitab Faraidh al-Qur’ân, tanpa nama pengarang. Kitab Kasyful Kirâm karya Syeikh Muhammad Zain bin Jalaluddin Asyi, kitab Talkhishul Falâh karya Syeikh Muhammad Zain bin Jalaluddin Asyi, kitab Syifaul Qulûb karya ‘Arif Billah Syeikh ‘Abdullah Baid Asyi, dan kitab Mawaizhul Badi‘ah karya Syeikh ‘Abdur Rauf Fansuri Assingkili, dan yang terakhir kitab I’lamul Muttaqin karya Syeikh Jamaluddin bin Syeikh ‘Abdullah Asyi.
Kitab tersebut selesai dikarang pada tahun 1237 H/1821 M. Cetakan awal kitab di atas dibuat oleh Mathba’ah Al-Miriyah Al-Kainah, Makkah. Pada halaman terakhir cetakan ke-8, tahun 1320 H/1902 M, disebutkan bahwa pada cetakan itu ditambah dua naskah lagi, yaitu naskah Fath al-‘Arifin dan naskah Pa’al Kamalullah dan Pa’al Nabi SAW.
Konten kitab lapan ini terbilang sangat komplit, karena dari delapan judul yang dihimpun telah memuat berbagai macam pembahasan, mulai dari masalah tauhid, fiqih ibadah, fiqih muamalah yang terdiri dari perdagangan, nikah dan warisan. Selain itu juga pembahasan mengenai masalah akhlaq dan adab-adab dalam belajar-mengajar.
Untuk mengkaji kitab berbahasa jawi, kemampuan berbahasa arab juga sangat diperlukan. Hal ini karena ada beberapa istilah dalam bahasa arab yang oleh pengarang tidak diterjemahkan lagi ke bahasa melayu, melainkan dibiarkan dalam bentuk bahasa arab asli. Sebagai contoh, pada pembahasan masalah wudhu di hal. 6 dalam kitab lapan, disitu disebutkan mengenai wajib memuqaranahkan niat saat membasuh wajah. Bagi yang paham bahasa arab tentu tidak asing lagi dengan kata "muqaranah" yang mempunyai arti "menyertai", sementara yang tidak paham bahasa arab tentunya akan sangat terkendala untuk memahaminya.
Di Banda Aceh dan sekitarnya, Kitab ini bisa didapatkan diberbagai toko-toko kitab. Dalam postingan ini kami juga menyediakan versi PDF biarpun tidak rampung semua isinya.
Download: Link Dropbox