Dalam bahasa arab cinta disebut dengan habb, salah satu bentuk turunan katanya adalah al-mahabbah yang bermakna kecenderungan hati kepada sesuatu karena adanya suatu keistimewaan yang ditemukan padanya. Ibnu 'Arafah berkata, Al-Mahabbah menurut orang Arab adalah menginginkan sesuatu hanya karena sesuatu tersebut. [1]
Sementara mahabbah kepada Allah Ta'ala dan Rasul Nya adalah dengan cara mengikuti serta menjalankan syariat. Sahl bin Abdullah berkata, "tanda cinta kepada Allah adalah cinta terhadap quran, tanda cinta terhadap quran adalah cinta terhadap Rasulullah, tanda cinta terhadap Rasulullah adalah cinta terhadap sunnah beliau" [2]. Yang dimaksud dengan sunnah nabi adalah segala tindak tanduk beliau, baik itu berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya.
Lebih lanjut, Sahl bin Abdullah juga mengatakan, "Tanda cinta kepada Allah Ta'ala, kepada quran, dan kepada sunnah Nabi adalah dengan cinta terhadap akhirat. Tanda cinta terhadap akhirat adalah cinta terhadap diri sendiri. Sedangkan tanda cinta terhadap diri sendiri adalah benci terhadap dunia, dan tanda benci terhadap dunia adalah dengan tidak mengambil dunia kecuali sekedar bekal dan nafkah untuk hidup [3].
Cinta terhadap dunia merupakan salah satu penyakit hati yang dapat menghancurkan hubungan dengan Allah Ta'ala, sebab tidak mungkin ada dua cinta dalam satu rongga dada. Oleh karenanya salah satu upaya untuk mencintai adalah dengan mengosongkan hati dari hal yang tidak penting agar bisa menampung cinta yang sebenarnya. Cinta yang tulus akan berbuah kepada ketaatan, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Warraq:
لوكان Øبك صادقالأطعته إن المØب لمن ÙŠØب مطيع
"Seandainya kecintaanmu kepada-Nya memang benar dan tulus, maka kamu pasti akan mentaati-Nya. Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan taat dan tunduk kepada yang dicintainya" [4].
Rujukan
[1] Terjemahan Tafsir Al-Munir, Juz 2, hal. 241
[2] Terjemahan Tafsir Al-Munir, Juz 2, hal. 243
[3] Ibid
[4] Ibid