Sesungguhnya keutamaan, kemuliaan dan keagungan para pengikut adalah menunjukan keagungan orang yang diikutinya. Seluruh ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah adalah pengikut al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari, atau pengikut al-Imâm Abu Manshur al-Maturidi. Dengan demikian tidak disangsikan lagi bahwa kedua Imam ini adalah sebagai penegak tonggak dasar dari berkibarnya bendera Ahlssunnah, yang oleh karenanya kedua Imam ini memiliki keutamaan dan kemuliaan yang sangat agung.
Sebagaimana telah kita sebutkan di atas bahwa Ahlussunnah adalah mayoritas umat Islam. Ini berarti dalam menuliskan tokoh-tokoh Ahlussunnah akan meliputi berbagai sosok agung antar generasi ke generasi dan dari masa ke masa. Melakukan “sensus” terhadap mereka tidak akan cukup dengan hanya menuliskannya dalam satu jilid buku saja, bahkan dalam puluhan jilid sekalipun. Sebagaimana anda lihat sekarang ini berapa banyak karya-karya para ulama terdahulu yang ditulis dalam mengungkapkan biografi ulama Ahlussunnah, termasuk dalam hal ini penulisan biografi yang ditulis menurut komunitas tertentu sesuai disiplin mereka masing-masing, seperti komunitas kaum sufi, komunitas ahli hadists, para ahli tafsir, atau lainnya. Dapat kita pastikan bahwa kebanyakan ulama-ulama yang telah dituliskan biografinya tersebut adalah para pengikut al-Imâm al-Asy’ari.
Pandangan Para Ulama Tentang
Madzhab Al Asy’ari Dan Al Maturidi
إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ فَالْمُرَادُ بِهِ اْلأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ
(إتحاف سادات المتقي
Apabila disebut nama Ahlussunnah
secara umum, maka maksudnya adalah Asya’iroh (para pengikut faham Abul Hasan Al
Asy’ari) dan Maturidiyah (para pengikut faham Abu Manshur AlMaturidi) (Ithafu
Sadaatil Muttaqin, Muhammad Az-Zabidi, juz 2, hal. 6. dengan penghantar buku
Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah hal 170
وَأَمَّا حُكْمُهُ عَلَى الْإِطْلَاقِ وَهُوَ الْوُجُوْبُ فَمُجْمَعٌ
عَلَيْهِ فِي جَمِيْعِ الْمِلَلِ وَوَاضِعُهُ أَبُو الْحَسَنِ اَلْأَشْعَرِيُّ وَإِلَيْهِ
تُنْسَبُ أَهْلُ السُّنَّةِ حَتَّى لُقِبُوا بِالْأَشَاعِرَةِ
Adapun hukumnya (mempelajari ilmu
aqidah) secara umum adalah wajib, maka telah disepakati ulama pada semua
ajaran. Dan penyusunnya adalah Abul Hasan AlAsy’ari, kepadanyalah dinisbatkan
(nama) Ahlussunnah sehingga dijuluki dengan Asya’iroh (pengikut faham Abul
Hasan AlAsy’ari). (AlFawakih AdDuwani, Ahmad An Nafrowi AlMaliki, juz 1,hal.
191)
كَذَلِكَ عِنْدَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَإِمَامِهِمْ أَبِي الْحَسَنِ اَلْأَشْعَرِيّ
وَأَبِي مَنْصُوْرٍ اَلْمَاتُرِيْدِيّ
Begitu pula menurut Ahlussunnah
dan pemimpin mereka Abul Hasan Al Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi. (Al Fawakih AdDuwani, juz 1 hal. 317)
وَأَهْلُ الْحَقِّ عِبَارَةٌ عَنْ أَهْلِالسُّنَّةِ أَشَاعِرَةٍ وَمَاتُرِيدِيَّةٍ
، أَوْ الْمُرَادُ بِهِمْ مَنْ كَانَ عَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَيَشْمَلُ مَنْ كَانَ قَبْلَ ظُهُورِ الشَّيْخَيْنِ أَعْنِي أَبَا الْحَسَنِ
الْأَشْعَرِيَّ وَأَبَا مَنْصُورٍ الْمَاتُرِيدِيَّ
Dan AhlulHaqq (orang-orang yang
berjalan di atas kebenaran) adalah gambaran tentang Ahlussunnah Asya’irah dan
Maturidiyah, atau maksudnya mereka adalah orang-orang yang berada di atas sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka mencakup orang-orang yang hidup
sebelum munculnya dua orang syaikh tersebut, yaitu Abul Hasan AlAsy’ari dan Abu
Manshur AlMaturidi. (Hasyiyah Al-’Adwi,
Ali AshSho’idi Al-’Adwi, juz 1, hal. 316)
وَالْعُلَمَاءُ أَنْصَارُ فُرُوعِ الدِّينِ وَالْأَشْعَرِيَّةُ أَنْصَارُ
أُصُولِ الدِّينِ .
“Para
Ulama adalah pembela ilmu-ilmu agama,sedang Al Asy’ariyyah adalah pembela
dasar-dasar agama (Ushulud Diin) “ (Majmu’ Al Fataawa Ibnu Taimiyah, vol. 4,
hlm. 16)
Dalam pandangannya tersebut
secara tidak langsung Ibnu Taimiyah masih mengakui Asy’ariyyah termasuk bagian
dari Ahlussunnah Wal-Jama’ah terutama pada pendapat-pendapat yang ia anggap
sejalan dengan prinsip al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijma’ ulama salaf.
Pengikut Madzhab Al Asy’ari Dan Al Maturidi
Di antara karya komprehensif
dalam menuliskan biografi ulama Ahlussunnah pengikut al-Imâm Abu al-Hasan
al-Asy’ari adalah kitab karya al-Imâm al-Hâfizh Abu al-Qasim Ibn Asakir dengan
judul Tabyîn Kadzib al-Muftarî Fîmâ Nusiba Ilâ al-Imâm Abî al-Hasan al-Asy’ari.
Kitab ini ditulis Ibn Asakir untuk membela al-Imâm al-Asy’ari dari
tuduhan-tuduhan dusta yang dialamatkan kepadanya. Di dalamnya, selain biografi
al-Imâm al-Asy’ari, disebutkan pula beberapa tokoh Ahlussunnah yang benar-benar
telah “pasang badan” dalam mengibarkan madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari
ini.
Karya lainnya adalah tulisan
al-Imâm Tajuddin as-Subki; putra dari Qâdlî al-Qudlât al-Imâm al Mujtahid
Taqiyuddin as-Subki yang berjudul Thabaqât asy-Syâfi’iyyah al-Kubrâ. Kitab ini
sangat besar, dalam belasan jilid, berisi penyebutan biografi para ulama
terkemuka di kalangan madzhab asy-Syafi’i. Dipastikan bahwa mayorits ulama yang
disebutkan dalam kitab ini adalah para pengikut al-Imâm al-Asy’ari. Bahkan
dalam bukunya ini al-ImâmTajuddin membuat pasal khusus dalam penyebutan
tokoh-tokoh yang memiliki andil besar dalam penyebaran akidah Ahlussunnah
madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari.
Berikut ini kita sebutkan
beberapa nama tokoh terkemuka yang memiliki andil besar dalam penyebaran akidah
Asy’ariyyah. Ulama kita di kalangan Ahlussunnah mengatakan bahwa menyebut nama
orang-orang saleh adalah sebab bagi turunnya segala rahmat dan karunia Allah;
Bi Dzikr ash-Shâlihîn Tatanazzal ar-Rahamât”. Dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa al-Imâm Ahmad ibn Hanbal berkata tentang salah seorang yang sangat saleh
bernama Shafwan ibn Sulaim: “Dia (Shafwan ibn Sulaim) adalah orang saleh yang
bila disebut namanya maka hujan akan turun”. Karenanya, semoga dengan penyebutan
orang-orang saleh berikut ini, kita mendapatkan karunia dan rahmat dari Allah.
Amin.
A. Angkatan Pertama
Angkatan yang semasa dengan
al-Imâm Abu al-Hasan sendiri, yaitu mereka yang belajar kepadanya dan mengambil
pendapat-pendapatnya, di antaranya:
1.
Abu al-Hasan al-Bahili, Abu
Sahl ash-Shu’luki (w 369 H),
2.
Abu Ishaq al-Isfirayini (w
418 H),
3.
Abu Bakar al-Qaffal
asy-Syasyi (w 365 H),
4.
Abu Zaid al-Marwazi (w 371
H),
5.
Abu Abdillah ibn Khafif
asy-Syirazi; seorang sufi terkemuka (w 371 H),
6.
Zahir ibn Ahmad as-Sarakhsi
(w 389 H),
7.
Abu Bakr al-Jurjani
al-Isma’ili (w 371 H),
8.
Abu Bakar al-Audani (w 385
H),
9.
Abu al-Hasan Abd al-Aziz
ibn Muhammad yang dikenal dengan sebutan ad-Dumal,
10.
Abu Ja’far as-Sulami an-Naqqasy (w 379 H),
11.
Abu Abdillah al-Ashbahani
(w 381 H),
12.
Abu Muhammad al-Qurasyi az-Zuhri (w 382 H),
13.
Abu Manshur ibn Hamsyad (w
388 H),
14.
Abu al-Husain ibn Sam’un
salah seorang sufi ternama (w 387 H),
15.
Abu Abd ar-Rahman
asy-Syuruthi al-Jurjani (w 389 H),
16.
Abu Abdillah Muhammad ibn
Ahmad; Ibn Mujahid ath-Tha’i, Bundar ibn al-Husain ibn Muhammad al-Muhallab
yang lebih dikenal Abu al-Husain ash-Shufi (w 353 H), dan
17.
Abu al-Hasan Ali ibn Mahdi
ath-Thabari.
B. Angkatan Ke Dua
Di antara angkatan ke dua pasca
generasi al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari adalah;
1.
Abu Sa’ad ibn Abi Bakr
al-Isma’ili al-Jurjani (w 396 H),
2.
Abu Nashr ibn Abu Bakr
Ahmad ibn Ibrahim al-Isma’ili (w 405 H),
3.
Abu ath-Thayyib ibn Abi
Sahl ash-Shu’luki,
4.
Abu al-Hasan ibn Dawud
al-Muqri ad-Darani,
5.
al-Qâdlî Abu Bakar Muhammad
al-Baqillani (w 403 H),
6.
Abu Bakar Ibn Furak (w 406
H),
7.
Abu Ali ad-Daqqaq; seorang
sufi terkemuka (w 405 H),
8.
Abu Abdillah al-Hakim
an-Naisaburi; penulis kitab al-Mustadrak ‘Alâ ash-Shahîhain,
9.
Abu Sa’ad al-Kharqusyi,
10.
Abu Umar al-Basthami,
11.
Abu al-Qasim al-Bajali,
12.
Abu al-Hasan ibn Masyadzah,
13.
Abu Thalib al-Muhtadi,
14.
Abu Ma’mar ibn Sa’ad
al-Isma’ili,
15.
Abu Hazim al-Abdawi
al-A’raj,
16.
Abu Ali ibn Syadzan,
17.
al-Hâfizh Abu Nu’aim
al-Ashbahani penulis kitab Hilyah al-Auliyâ’ Fî Thabaqât al-Ashfiyâ’ (w 430 H),
18.
Abu Hamid ibn Dilluyah,
19.
Abu al-Hasan al-Balyan
al-Maliki,
20.
Abu al-Fadl al-Mumsi
al-Maliki,
21.
Abu al-Qasim Abdurrahman
ibn Abd al-Mu’min al-Makki al-Maliki,
22.
Abu Bakar al-Abhari,
23.
Abu Muhammad ibn Abi Yazid,
24.
Abu Muhammad ibn at-Tabban,
25.
Abu Ishaq Ibrahim ibn Abdillah
al-Qalanisi.
C. Angkatan Ke Tiga
Di antaranya;
1.
Abu al-Hasan as-Sukari,
2.
Abu Manshur al-Ayyubi
an-Naisaburi,
3.
Abd al-Wahhab al-Maliki,
4.
Abu al-Hasan an-Nu’aimi,
5.
Abu Thahir ibn Khurasyah,
6.
Abu Manshur Abd al-Qahir
ibn Thahir al-Baghadadi (w 429 H) penulis kitab al-Farq Bayn al-Firaq,
7.
Abu Dzarr al-Harawi,
8.
Abu Bakar ibn al-Jarmi,
9.
Abu Muhammad Abdulah ibn
Yusuf al-Juwaini; ayah Imam al-Haramain (w 434 H),
10.
Abu al-Qasim ibn Abi Utsman
al-Hamadzani al-Baghdadi,
11.
Abu Ja’far as-Simnani
al-Hanafi,
12.
Abu Hatim al-Qazwini,
13.
Rasya’ ibn Nazhif al-Muqri,
14.
Abu Muhammad al-Ashbahani
yang dikenal dengan sebutan Ibn al-Labban,
15.
Sulaim ar-Razi,
16.
Abu Abdillah al-Khabbazi,
17.
Abu al-Fadl ibn Amrus al-Maliki,
18.
Abu al-Qasim Abd al-Jabbar
ibn Ali al-Isfirayini,
19.
al-Hâfizh Abu Bakr Ahmad
ibn al-Husain al-Bayhaqi; penulis Sunan al-Bayhaqi (w 458 H), dan Abu Iran
al-Fasi.
D. Angkatan Ke Empat
Di antaranya;
1.
al-Hâfizh al-Khathib
al-Baghdadi (w 463 H),
2.
Abu al-Qasim Abd al-Karim
ibn Hawazan al-Qusyairi penulis kitab ar-Risâlah al-Qusyairiyyah (w 465 H),
3.
Abu Ali ibn Abi Huraisah
al-Hamadzani,
4.
Abu al-Muzhaffar
al-Isfirayini penulis kitab at-Tabshîr Fî ad-Dîn Wa Tamyîz al-Firqah an-Nâjiyah
Min al-Firaq al-Hâlikîn (w 471 H),
5.
Abu Ishaq asy-Syirazi;
penulis kitab at-Tanbîh Fî al-Fiqh asy-Syâfi’i (w 476 H),
6.
Abu al-Ma’ali Abd al-Malik ibn Abdullah
al-Juwaini yang lebih dikenal dengan Imam al-Haramain (w 478 H),
7.
Abu Sa’id al-Mutawalli (w
478 H),
8.
Nashr al-Maqdisi,
9.
Abu Abdillah ath-Thabari,
10.
Abu Ishaq at-Tunusi
al-Maliki,
11.
Abu al-Wafa’ Ali ibn Aqil
al-Hanbali (w 513 H) pimpinan ulama madzhab Hanbali di masanya,
12.
ad-Damighani al-Hanafi,
13.
dan Abu Bakar an-Nashih
al-Hanafi.
E. Angkatan Ke Lima
Di antaranya;
1.
Abu al-Muzhaffar al-Khawwafi,
Ilkiya,
2.
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali (w
505 H),
3.
Abu al-Mu’ain Maimun ibn Muhammad an-Nasafi (w
508 H),
4.
asy-Syasyi, Abd ar-Rahim
ibn Abd al-Karim yang dikenal dengan Abu Nashr al-Qusyairi (w 514 H),
5.
Abu Sa’id al-Mihani, Abu Abdillah
ad-Dibaji,
6.
Abu al-Abbas ibn
ar-Ruthabi,
7.
Abu Abdillah al-Furawi,
8.
Abu Sa’id ibn Abi Shalih
al-Mu’adz-dzin,
9.
Abu al-Hasan as-Sulami,
10.
Abu Manshur ibn Masyadzah
al-Ashbahani,
11.
Abu Hafsh Najmuddin Umar
ibn Muhammad an-Nasafi (w 538 H) penulis kitab al-‘Aqîdah an-Nasafiyyah,
12.
Abu al-Futuh al-Isfirayini,
13.
Nashrullah al-Mishshishi,
14.
Abu al-Walid al-Baji,
15.
Abu Umar ibn Abd al-Barr
al-Hâfizh,
16.
Abu al-Hasan al-Qabisi,
al-Hâfizh Abu al-Qasim ibn Asakir (w 571 H),
17.
al-Hâfizh Abu al-Hasan
al-Muradi,
18.
al-Hâfizh Abu Sa’ad ibn
as-Sam’ani,
19.
al-Hâfizh Abu Thahir
as-Silafi,
20.
al-Qâdlî ‘Iyadl ibn
Muhammad al-Yahshubi (w 533 H),
21.
Abu al-Fath Muhammad ibn
Abd al-Karim asy-Syahrastani (w 548 H) penulis kitab al-Milal Wa an-Nihal,
22.
as-Sayyid Ahmad ar-Rifa’i
(w 578 H) perintis tarekat ar-Rifa’iyyah,
23.
as-Sulthân Shalahuddin
al-Ayyubi (w 589 H) yang telah memerdekakan Bait al-Maqdis dari bala tentara
Salib,
24.
al-Hâfizh Abd ar-Rahman ibn
Ali yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn al-Jawzi (w 597 H).
F. Angkatan Ke Enam
Di antaranya;
1.
Fakhruddin ar-Razi
al-Mufassir (w 606 H),
2.
Saifuddin al-Amidi (w 631
H),
3.
Izuddin ibn Abd as-Salam Sulthân al-‘Ulamâ’ (w
660 H),
4.
Amr ibn al-Hajib al-Maliki
(w 646 H),
5.
Jamaluddin Mahmud ibn Ahmad
al-Hashiri (w 636 H) pempinan ulama madzhab Hanafi di masanya,
6.
al-Khusrusyahi,
7.
Taqiyuddin ibn Daqiq al-Ied
(w 702 H),
8.
Ala’uddin al-Baji,
9.
al-HâfizhTaqiyyuddin Ali
ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 756 H),
10.
Tajuddin Abu Nashr Abd
al-Wahhab ibn Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 771 H),
11.
Shadruddin ibn al-Murahhil,
12.
Shadruddin Sulaiman ibn Abd
al-Hakam al-Maliki,
13.
Syamsuddin al-Hariri
al-Khathib,
14.
Jamaluddin az-Zamlakani,
15.
Badruddin Muhammad ibn
Ibrahim yang dikenal dengan sebutan Ibn Jama’ah (w 733 H),
16.
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi
penulis kitab Tafsir al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân atau lebih dikenal dengan
at-Tafsîr al-Qurthubi (w 671 H),
17.
Syihabuddin Ahmad ibn Yahya
al-Kilabi al-Halabi yang dikenal dengan sebutan Ibn Jahbal (w 733 H),
18.
Syamsuddin as-Saruji
al-Hanafi,
19.
Syamsuddin ibn al-Hariri
al-Hanafi,
20.
Adluddin al-Iji
asy-Syiraji,
21.
al-Hâfizh Yahya ibn
asy-Syaraf an-Nawawi; penulis al-Minhâj Bi Syarh Shahîh Muslim ibn al-Hajjâj (w
676 H),
22.
al-Malik an-Nâshir Muhammad
ibn Qalawun (w 741 H),
23.
al-Hâfizh Ahmad ibn Yusuf
yang dikenal dengan sebutan as-Samin al-Halabi (w 756 H),
24.
al-Hâfizh Shalahuddin Abu
Sa’id al-Ala-i (w 761 H),
25.
Abdullah ibn As’ad
al-Yafi’i seorang sufi terkemuka (w 768 H),
26.
Mas’ud ibn Umar
at-Taftazani (w 791 H).
G. Angkatan Ke Tujuh
1.
al-Hâfizh Abu Zur’ah Ahmad
ibn Abd ar-Rahim al-Iraqi (w 826 H),
2.
Taqiyyuddin Abu Bakr
al-Hishni ibn Muhammad; penulis Kifâyah al-Akhyâr (w 829 H),
3.
Amîr al-Mu’minîn Fî
al-Hadîtsal-Hâfizh Ahmad ibn Hajar al-Asqalani; penulis kitab Fath al-Bâri
Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 852 H),
4.
Muhammad ibn Muhammad
al-Hanafi yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Amir al-Hajj (w 879 H),
5.
Badruddin Mahmud ibn Ahmad
al-Aini; penulis ‘Umdah al-Qâri’ Bi SyarhShahîh al-Bukhâri (w 855 H),
6.
Jalaluddin Muhammad ibn
Ahmad al-Mahalli (w 864 H),
7.
Burhanuddin Ibrahim ibn
Umar al-Biqa’i; penulis kitab tafsir Nazhm ad-Durar (w 885 H),
8.
Abu Abdillah Muhammad ibn
Yusuf as-Sanusi; penulis al-‘Aqîdah as-Sanûsiyyah (w 895 H).
H. Angkatan ke Delapan
1.
Al-Qâdlî Musthafa ibn
Muhammad al-Kastulli al-Hanafi (w 901 H),
2.
al-Hâfizh Muhammad ibn Abd
ar-Rahman as-Sakhawi (w 902 H),
3.
al-Hâfizh Jalaluddin Abd
ar-Rahman ibn Abu Bakr as-Suyuthi (w 911 H),
4.
Syihabuddin Abu al-Abbas
Ahmad ibn Muhammad al-Qasthallani; penulis Irsyâd as-Sâri Bi Syarh Shahîh al-Bukhâri
(w 923 H),
5.
Zakariyya al-Anshari (w 926
H),
6.
al-Hâfizh Muhammad ibn Ali
yang lebih dikenal dengan sebutan al-Hâfizh Ibn Thulun al-Hanafi (w 953 H).
I. Angkatan Ke Sembilan Dan
Seterusnya
1.
Abd al-Wahhab asy-Sya’rani
(w 973 H),
2.
Syihabuddin Ahmad ibn
Muhammad yang dikenal dengan sebutan Ibn Hajar al-Haitami (w 974 H),
3.
Mulla Ali al-Qari (w 1014
H),
4.
Burhanuddin Ibrahim ibn
Ibrahim ibn Hasan al-Laqqani; penulis Nazham Jawharah at-Tauhîd (w 1041 H),
5.
Ahmad ibn Muhammad al-Maqarri at-Tilimsani;
penulis Nazham Idlâ’ah ad-Dujunnah (w 1041 H),
6.
al-Muhaddits Muhammad ibn
Ali yang lebih dikenal dengan nama Ibn Allan ash-Shiddiqi (w 1057 H),
7.
Kamaluddin al-Bayyadli
al-Hanafi (w 1098 H),
8.
Muhammad ibn Abd al-Baqi
az-Zurqani (w 1122 H),
9.
as-Sayyid Abdullah ibn
Alawi al-Haddad al-Hadlrami al-Husaini; penulis Râtib al-Haddâd (1132 H),
10.
Muhammad ibn Abd al-Hadi
as-Sindi; penulis kitab SyarhSunan an-Nasâ-i (w 1138 H), Abd al-Ghani
an-Nabulsi (w 1143 H),
11.
Abu al-Barakat Ahmad ibn
Muhammad ad-Dardir; penulis al-Kharîdah al-Bahiyyah (w 1201 H),
12.
al-Hâfizh as-Sayyid
Muhammad Murtadla az-Zabidi (w 1205 H),
13.
ad-Dusuqi; penulis Hâsyiyah
Umm al-Barâhîn (w 1230 H),
14.
Muhammad Amin ibn Umar yang
lebih dikenal dengan sebutan Ibn Abidin al-Hanafi (w 1252 H).
Nama-nama ulama terkemuka ini
hanya mereka yang hidup sampai sekitar abad 12 hijriyyah, dan itupun hanya
sebagiannya saja. Bila hendak kita sebutkan satu persatu, termasuk yang berada
di bawah tingkatan mereka dalam keilmuannya, maka sangat banyak sekali, tidak
terhitung jumlahnya, siapa pula yang sanggup menghitung jumlah bintang di
langit, membilang butiran pasir di pantai? kita akan membutuhkan lembaran
kertas yang sangat panjang.
Baca juga:
Baca juga:
- Kala Pengadilan Memvonis Potong Tangan Sultan Muhammad Al Fatih
- Andalusia dan Perkembangan Madzhab Maliki
- Madzhab Al-Asy’ari Dan Al-Maturidi
- Syiah Kuala dan Karya-Karyanya
- Biografi Singkat Imam Nawawi
- Teungku Fakinah, Pejuang Wanita sekaligus Ulama
- Sekilas Tentang Ibnu Hajar al-Asqalani
- Buah dari Taqwa
- Abu Mansur Al-Bagdadi, Raja Aritmatika dan Ilmu Faraidh